Jawaban Jujur vs Jawaban Diplomatis

Dalam berkomunikasi , menurutku ada 2  jenis jawaban untuk menjawab pertanyaan, yaitu jawaban jujur dan jawaban diplomatis. ( jawaban “kasar” tidak termasuk dalam kateogri ini karena memang sudah tidak baik – jadi tidak perlu lagi diperhitungkan). Masing-masing jenis jawaban ini punya karekteristik yang berbeda dan bisa diterapkan untuk kondisi yang berbeda pula.

Sejauh pengalamanku berkomunikasi dengan orang-orang, berikut perbedaan kedua jenis jawaban tersebut :

1. Jawaban jujur

  • kalimatnya “apa adanya”, tanpa perlu direkayasa. jadi ada kemungkinan untuk itu terdengar menyakitkan, spt kata pepatah “kadang jujur itu memang menyakitkan” 🙂 . Jadi apa yang kepikiran di kepala, langsung dikeluarkan saja, tanpa perlu ada jeda yang lama.
  • hasilnya : bisa sakit hati , bisa juga sangat menerima – tergantung kesiapan orang yang menerima jawaban itu.
  • Keuntungannya : gak perlu dipikirkan lama-lama .
  • Kondisi yang tepat untuk digunakan : jika diminta untuk memberikan penilaian ke orang lain. Biasanya orang akan lebih suka langsung disampaikan secara jujur.

2. Jawaban Diplomatis

  • Jawaban yang sedikit “dimodifikasi” – tapi  tetap bertujuan menyampaikan fakta yang ada.(catat : jawaban diplomatis ini tetap dalam konotasi positif, bukan untuk bermaksud “menjilat”, atau “mengubah makna”) Kalimatnya sedikit dimodifikasi sehingga terkesan lebih halus.
  • Keuntungan : terkesan halus, dan berhati -hati, sedikit harus diproses dulu dikepala , disusun kalimatnya baru kemudian disampaikan oleh mulut. Diperlukan banyak perbendaharaan suku kata yang sinonimnya sama, tapi nilai rasanya berbeda-beda.
  • Kerugian : kalau orang yang diajak ngobrol ternyata tidak “peka” menangkap maksud yang terkandung didalamnya, berarti pesan tidak tersampaikan dengan baik. Tujuan komunikasinya gagal 🙂
  • Kondisi yang tepat untuk digunakan : biasanya dalam kondisi formal, pertemuan kerja, atau bisa juga digunakan saat memberikan penilaian ke seseorang. Jika terlihat orang tersebut tidak begitu siap kalau dikasi jawaban jujur, daripada membuatnya “stress” mendengarkan apa yang kita sampaikan, dan besok2 nya udah gak mau lagi ngobrol dengan kita, sptnya akan lebih baik  sedikit “memodifikasi” kalimat tersebut sehingga dia masih bisa tersenyum mendengarkannya.

Contoh :

Ingin bilang seseorang tidak berhasil dalam kuliahnya :

  • Jawaban kasar : “kog kamu bo**h banget sih ??? ” –> sangat tidak direkomendasikan
  • Jawaban jujur  : ” oh, hasil semester ini masih rendah”
  • Jawaban diplomatis : “sebenarnya kamu bisa jika kamu berusah lebih keras , tapi semester ini hasil yang kamu dapatkan belum sesuai dengan target yang diharapkan”.

Mau pilih jawaban jujur atau diplomatis ? . Pertama, mungkin liat situasinya :

  • Apakah pada situasi formal, atau obrolan sehari-hari ?
  • Dengan siapa kita berbicara. Apakah orang tersebut rekan kerja, atasan, teman dekat atau yang lainnya, pasti diperlukan beberapa penyesuaian kalimat dan tata cara bicara.

Kedua, ya silahkan disesuaikan dengan kondisi kita sendiri , apakah memang sedang mood untuk berkomentar diplomatis atau mau jujur-jujuran aja :). Mau dikasi pilihan jawaban  ke orang yang bertanya juga bisa,  ” mau jawaban jujur” atau “jawaban diplomatis” ??? dan silahkan jawab nanti nya pertanyaan2  tsb sesuai dengan requst mereka. Sangat perlu diingat “semuanya dalam konteks disampaikan secara baik dengan kalimat yang baik”  karena Rasulllah sendiri mengajarkan ” jika tidak bisa berkata baik – maka diamlah”

-Selamat menjawab-

4 thoughts on “Jawaban Jujur vs Jawaban Diplomatis

  1. Kalau di debat-debat publik, ada 1 jenis jawaban lagi Fit. Namanya:
    Jawaban normatif (bahasa pasarannya, jawaban klise). 😀

  2. Ya benar … dan aku gak suka kalau dikasi jawaban yang normatif … sptnya semua orang pun udah tau dan terkesan “jabawan pelarian” karena mungkin gak tau mau kasi jawaban apa lagi (*itu kesan yang kutangkap* )

Leave a comment